Harga Pokok Penjualan atau HPP penting diketahui oleh pengusaha sebagai dasar penentuan harga jual sehingga diketahui laba rugi penjualan, kondisi keuangan maupun sebagai bahan evaluasi kedepan. HPP terdiri dari total pengeluaran dan beban yang dikeluarkan secara langsung atau tidak langsung untuk memproduksi barang dan jasa.
UMKM yang tidak melakukan proses produksi dan hanya penjualan tentu lebih mudah dalam menentukan HPP (Harga Pokok Penjualan). Beda halnya jika UMKM tersebut “menitipkan” atau maklon proses produksinya pada pemilik pabrik atau beberapa pemilik pabrik untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Banyak komponen yang perlu dimasukkan sebagai pembentuk HPP.
Komponen Harga Pokok Penjualan (HPP)
Contoh HPP pada 1 paket Hotplate + cungkit + alas kayu terdiri dari:
- Biaya pengecoran besi
- Biaya Sofblas
- Biaya Selep Bakar
- Biaya cungkit
- Ongkos handling (transport bengkel transit, packing)
- Biaya Kemasan (karung, plastik, rafia, kardus) dari bengkel transit
- Biaya Press
- Biaya Alas Kayu
- Biaya Kirim (kargo, tip driver) dari bengkel transit ke toko
- Biaya kemasan (kardus, bubble wrap) ke customer
- Fee marketplace
Komponen Biaya Yang Tidak Termasuk HPP
Harga yang terbentuk dari komponen diatas belum termasuk biaya lainnya seperti:
- Gaji karyawan
- Biaya Listrik, Air
- Internet
- Sewa tempat
- Biaya iklan
- Biaya administrasi
- Belanja modal
- Biaya marketing
- Biaya stock mati
- Biaya Retur, ganti rugi
- Langganan software (canva, kasir, ms office)
Kemudian Berapa Harga Jualnya?
Berbeda dengan HPP, Harga jual adalah harga yang dibebankan ke konsumen untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual penjual.Harga jual bisa lebih tinggi dibanding HPP karena semua beban yang tidak dihitung di HPP dibebankan ke harga jual untuk konsumen. Dari harga jual, penjual bisa membiayai semua pengeluaran baik yang terkait produksi maupun non produksi.
Selamat jualan 🙂
Komentar
Posting Komentar